Jumat, 31 Mei 2013

FUNGSI SHOLAT BAGI ORANG BERIMAN

Oleh  : Syam Alfikr

Dalam struktur bangunan ajaran Islam, shalat disebut sebagai tiangnya agama, dimana ia ( shalat ) sangat menentukan tegak atau tidaknya sendi-sendi islam, sehingga dalam sebuah hadist Rasulullah Saw bersabda yang artinya " Shalat itu adalah tiangnya agama, barang siapa yang menegakkannya berarti dia telah mengokohkan tiang agama dan barang siapa yang meninggalkannya berarti dia telah merobohkan tiang agama ". Disebut sebagai tiangnya agama karena shalat merupakan suatu penopang dari kokohnya sendi-sendi agama yang lain seperti puasa, zakat, serta haji. Apabila tiangnya atau penopang ini tidak kuat untuk menyangganya, maka dapat dipastikan bangunan islam itu lambat laun akan runtuh. Sehingga dalam sebuah hadist Rasulullah Saw dikatakan bahwa amal yang paling pertama kali dihisab kelak dihari kiamat adalah shalat, apabila shalat seorang hamba itu baik maka untuk amal-amal lainnya agak ringan perhitungannya, dan sebaliknya apabila nilai shalatnya jelek maka untuk perhitungan amal-amal lainnya akan lebih susah. Oleh karena itu shalat juga dapat dikatakan sebagai barometer daripada amal-amal yang lain.

Didalam bahasa arab, shalat itu sendiri bermakna do'a yang didalamnya meliputi unsur-unsur gerak, pujian, serta penghambaan kepada Allah yang dalam perspectif pandangan hidup seorang muslim shalat ini merupakan tugas hidup, bukan tujuan. Sebagaimana halnya ibadah lain, shalat mempunyai aspek bentuk yang dapat diliat dengan mata kepala, dan aspek esensi yang merupakan makna sebenarnya dari ibadat, tersembunyi didalamnya yang dalam tataran teori merupakan bentuk aktifitas ibadah sebagai faktor pembentuk tingkah laku karena dilaksanakan secara kontineu, dengan frekuensi yang tinggi serta dilaksanakan menurut sistem atau tata cara yang telah ditentukan. Sebaliknya pada tataran praktik, sebagaimana juga dengan ibadah lain, bisa saja shalat yang kita lakukan tidak bernilai apa-apa, karena dikerjakan sekedar untuk menggugurkan kewajiban, dalam arti shalat dikerjakan tidak sesuai dengan sistem ( tidak sesuai dengan aturan atau ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam syari'at islam ). Terhadap yang demikian itu Allah swt dalam Al-Qur'an mengancam mereka dengan neraka wail, yakni bagi mereka yang shalatnya tidak sistematik.

Pada orang-orang tertentu, shalat masih dirasakan sebagai suatu kewajiban yang memberatkan, sehingga untuk melaksanakannya masih terasa berat dan sering dikerjakan secara terpaksa, malas-malasan, dan bahkan melalaikannya, inilah orang-orang yang diancam oleh Allah dengan neraka wail bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dalam shalatnya. Pengertian lalai disini mencakup pengertian yang cukup luas, yaitu tidak khusyuk, tidak tumakninah, tidak tepat bacaannya, waktu shalat sering diakhirkan, dan lain sebagainya. Selanjutnya pada orang lain, mungkin shalat ini sudah dirasakan sebagai suatu keharusan, dan bahkan merupakan suatu kebutuhan, dan bagi orang yang sudah mencapai maqam tertentu shalat ini merupakan suatu kenikmatan yang luar biasa. Adapun fungsi-fungsi shalat bagi seorang mukmin adalah : Shalat merupakan media komunikasi seorang hamba dengan sang khaliq, shalat merupakan sarana zikir kepada Allah Swt, shalat sebagai pembentuk prilaku seorang mukmin, shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

Namun yang menjadi pertanyaan, bagaimana shalat yang kita kerjakan dan merupakan kewajiban rutinitas kita kepada Allah setiap hari dapat berfungsi seperti tersebut diatas...? simak dan baca kajian-kajian kami berikutnya.

Jumat, 24 Mei 2013

SIAPA YANG MENANAM DIALAH YANG MENUAI

Oleh : Syam Alfikr

Dalam sebuah hadist  Rasulullah Saw bersabda yang artinya : " Jika datang hari kiamat dan ditangan tiap-tiap kamu ada sebuah batang pohon dimana ia mampu untuk menanamnya sebelum datang hari kiamat itu, maka hendaklah ia menanamnya. Dengan itu ia berhak mendapat pahala. "

Jadi menjalani kehidupan didunia ini ibarat sebuah catatan harian yang selalu ditulis oleh setiap manusia yang secara sadar ataupun tidak sadar pada hakikatnya kita melakukan kegiatan dokumentasi terhadap seluruh aktifitas kita dengan sangat rinci dan detail hingga hal-hal yang terkecil, karena semua itu akan kita terima hasilnya atau balasannya diakhirat kelak. Catatan harian itu akan terus berlangsung dan akan berakhir proses penulisannya seiring dengan berhentinya detak jantung kita atau terpisahnya nyawa dari tubuh kita yang disebut dengan kematian.

Keotentikan agenda itu akan selalu dan tetap terjaga keasliannya, kita tidak akan mungkin dapat melakukan koreksi terhadapnya apalagi untuk mengeditnya. Dan ketika tiba waktunya nanti, Allah akan tampakkan semua catatan itu secara rinci dan detail yang kita semua akan membaca kembali catatan harian itu yaitu pada hari yang disebut dengan yaumul hisab ( hari perhitungan ).

Pada hari itu seluruh sendi, urat dan seluruh anggota badan kita akan menjadi saksi terhadap isi dari catatan harian kehidupan tersebut. Tidak ada yang bisa kita bantah, tidak ada yang bisa kita tolak ataupun kita pungkiri karena setiap anggota tubuh akan menjadi saksi dari anggota yang lainnya. Ada senyuman disertai dengan desah nafas dan pujian kepada Allah tatkala hari-hari yang kita lalui tatkala kita hidup didunia kita isi dengan nilai-nilai kebaikan, adapula raut-raut penyesalan, kesedihan bercampur rasa takut dan gelisah tatkala masa-masa hidupnya dilalui dengan kemaksiatan-kemaksiatan kepada Allah.

Jika kita renungi secara lebih intensif tentang pesan-pesan Allah dan Rasul-Nya yang disampaikan melalui firman-firman Nya ataupun melalui hadist-hadist Rasul, secara umum memberikan motivasi kepada manusia untuk senantiasa beramal shaleh serta menanam niai-nilai kebaikan, karena beramal shaleh dan berbuat kebaikan tidak mengenal masa dan tidak pula mempunyai waktu khusus untuk melakukannya, bahkan setiap detik kita dituntut untuk selalu menghiasi langkah dan nafas kita dengan kebaikan dan kemaslahatan.

Jika kita kaji secara mendalam tentang makna yang terkandung dalam sabda Rasulullah Saw diatas, kita akan mendapatkan sebuah pelajaran bahwa kita diperintahkan untuk senantiasa beramal dalam kodisi atau situasi apapun selama kita masih mampu untuk melakukannya, sehingga digambarkan dalam hadist tersebut walaupun hari kiamatsudah diambang pintu atau sudah tinggal satu menit atau satu detik sekalipun, jika kita rasa masih mampu untuk menebarkan benih kebaikan maka hendaknya kita lakukan karena Allah akan membalasnya sesuai dengan tingkat keikhlasan kita. 

Selanjutnya dalam hadist diatas tersimpan makna yang sangat dalam, dimana meskipun sederhana namun mengungkapkan sebuah hakikat yang teramat agung yaitu tentang bagaimana methode hidup dalam islam (minhajul hayah al-Islamiyah) yang telah digariskan oleh Allah Swt. untuk hamba-hamba-Nya yang beriman demi kebahagiaan mereka didunia dan akhirat.

Dari hadist diatas jika kita teliti secara seksama, maka kita akan dapat mengambil beberapa pelajaran berharga darinya, diantaranya :
1). Pelajaran pertama yang dapat kita petik dari sabda Rasulullah Saw. tersebut adalah tentang keistimewaan islam didalam mensikapi kehidupan dunia dan akhirat, yang mana kehidupan dunia adalah jalan untuk menuju akhirat yang tidak boleh dipisahkan antara keduanya, dalam arti keduanya tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Oleh karena itu jika dipisahkan antara keduanya, maka sadar ataupun tidak sadar tentu akan menimbukan ketimpangan-ketimpangan. Salah satu contoh yang sering kita lihat bahwa betapa banyak dari ummat islam yang ibadahnya rajin, shalatnya khusyuk namun begitu mereka keluar dari tempat shalat prilakunya tidak ubahnya sperti orang yang tidak berakhlak dan tidak bermoral, mereka mencuri, merampas hak rakyat, korupsi, mengadu domba, memfitnah, ingkar janji dan melakukan beberapa perbuatan negatif lainnya. Jadi ibadah-ibadah yang mereka lakukan itu difahaminya secara parsial saja dalam arti bahwa ibadah itu difahami sebagai interaksi dengan Allah saja, sedang dunia adalah urusan manusia, yang mereka berhak menentukan dan mengaturnya sesuai dengan keinginan mereka.

Pada prinsipnya agama kita tidak melarang ummatnya untuk berkarya dalam upaya meningkatkan taraf hidupnya, bahkan islam memberikan motifasi untuk mencapainya semaksimal mungkin karena itu merupakan salah satu jalan untuk menuju akhirat. Ini ditegaskan oleh Allah dalam firmannya pada surat Al-Qashash Ayat 77,  yang artinya " Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu ( kebahagiaan) akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu didunia "

Islam menghendaki bahwa seluruh kehidupan manusia selalu berhubungan dengan Allah Swt. ibadah shalat, zakat, puasa, makan, menuntut ilmu, bekerja dan semua macam aktifitas yang dilakukan setiap waktu didunia adalah semata karena Allah. Dan ketika hal ini teraplikasi, maka tidak ada lagi hal-hal yang keluar dari orbit yang telah digariskan oleh syari'at, baik dalam interaksinya dengan Allah, dengan sesama manusia bahkan dengan alam.
2). Pelajaran kedua yang dapat kita ambil dari sabda rasulullah saw tersebut diatas adalah bahwa Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk senantiasa oftimis dalam menghadapi tantangan kehidupan didunia ini, karena hidup ini adalah perjuangan dan kerja keras. Dan didalam berjuang kita jangan cepat putus asa ( pesimis ), jangan mudah menyerah meskipun dalam kondisi atau situasi bagaimanapun, karena hasil bukanlah tujuan akhir dari amal yang kita lakukan, akan tetapi nilai dari sebuah usahalah yang perlu kita perhitungkan.

3). Pelajaran berikutnya yang dapat kita petik dari sabda Rasulullah diatas adalah bahwa kita senantiasa diharapkan untuk bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan kita, sehingga dalam hadist tersebut dikatakan bahwa seandainya kiamat sudah hampir datang dan ada sebatang pohon ditangan maka kita dianjurkan untuk menanam batang pohon itu selagi kita masih mampu untuk menanamnya. Jadi maksud dari pernyataan tersebut adalah kita diharapkan untuk tidak berhenti  beramal walau dalam kondisi bagaimanapun, kita diharapkan untuk senantiasa menebar benih-benih kebaikan selagi kita masih mampu untuk melakukannya, karena kita tidak tahu kapan Allah akan mengambil nyawa  dari tubuh kita.

Jadi yang diinginkan dalam islam adalah kita diharapkan untuk senantiasa menjaga dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, tidak menyia-nyiakan waktu senggang untuk santai atau melakukan aktifitas-aktifitas yang tidak bermanfaat, agar kita tidak tergolong sebagai orang-orang yang husyrin ( orang-orang merugi ) didunia lebih-lebih diakhirat. Bukankah tujuan Allah menciptakan kita tiada lain untuk beribadah kepada Nya ?

Oleh karena itu mari kita manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, dunia adalah ladang untuk akhirat, tempat kita menanam dan menebar kebaikan, kejujuran, kasih sayang, keikhlasan dan segala bibit kebajikan lainnya yang meskipun hasil dari semua itu tidak nampak saat ini, namun suatu saat kelak kita akan menuai hasil dari jerih payah kita, dan Allah tidak akan menyia-nyiakan amal hamba-hambanya yang berbuat baik dan dilakukan dengan penuh keikhlasan dan hanya mengharap ridhonya.

Demikian kajian kami, semoga bermanfaat. Amiin.... !!!

                                                                               ***



Jumat, 17 Mei 2013

Empat Pertanggung Jawaban Dihari Kiamat

Oleh : Syam Alfikr
Setiap sesuatu yang kita lakukan semasa hidup kita dimuka bumi, kelak dihari kiamat akan kita pertanggung jawabkan dihadapan Allah subhanahuwata'ala. Didalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Tabrani, Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya " Tidak akan beranjak kaki seorang hamba dari tempat berdirinya dihadapan Allah pada hari kiamat sebelum dia ditanya tentang empat perkara, yaitu tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmu bagaimana diamalkan, tentang harta bagaimana cara memperoleh dan kemana dibelanjakan, dan yang terakhir yaitu tentang jasmani untuk apa dipergunakan."
Dari terjemahan hadist diatas pada pokoknya ada empat hal yang harus kita pertanggung jawabkan dihadapan Allah kelak di hari kiamat, yaitu :

1. Umur
    Umur merupakan salah satu karunia Allah yang sangat berharga bagi setiap mahluk hidup yang kelak akan kita pertanggung jawabkan dihadapan Allah Azzawajalla. Amatlah rugi kiranya apabila  kita tidak bisa memanfaatkan waktu ( umur ) kita untuk mengabdikan diri kepada Allah sang khaliq dengan baik, bukankan Allah menciptakan kita ( jin dan manusia ) untuk beribadah kepadanya ...?. Oleh karena itu selagi Allah masih menitipkan sisa umur pada diri kita mari kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk mengabdikan diri kepada Nya agar kita tidak menjadi orang-orang yang husyrin ( rugi ), sebagaimana Allah jelaskan dalam Al-Qur'an yang artinya " Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam keadaan rugu, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, saling menasihati untuk kebenaran dan untuk kesabaran

2. Ilmu
   Ilmu merupakan karunia Allah yang sangat bermanfaat bagi manusia, dengan ilmu kita bisa meraih kebahagiaan baik didunia maupun diakhirat, sebagaimana Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadist yang artinya " Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan didunia hendaklah dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan kebahagiaan diakhirat maka dengan ilmu pula dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan pada keduanya ( dunia dan akhirat ) maka hendaklah dengan ilmu." Karena berharganya ilmu tersebut maka Allah mengangkat derajat orang-orang yang berilmu lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang tidak berilmu. Dengan ilmu kita bisa mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, dengan ilmu kita bisa mengetahui mana amalan yang nilainya sedikit dan mana yang nilainya banyak .Oleh karena begitu pentingnya ilmu ini Rasulullah ketika berdo'a selalu meminta tambahan ilmu kepada Allah sebagaimana do'a yang pernah beliau ajarkan kepada para sahabat " Allahumma inni nas'aluka  'ilman naafi'ah " dan  karena memang itu yang diperintahkan oleh Allah " Waqul rabbi zidni 'ilman ". Sebagaimana halnya dengan umur, maka ilmu inipun akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah subhana huwa ta'ala kelak dihari kiamat tentang bagaimana ilmu itu diamalkan.

3. Harta
    Mengenai harta ada dua macam pertanyaan yang akan dilontarkan oleh Allah kepada setiap hambanya yaitu tentang harta bagaimana atau darimana dia mendapatkan dan kemana diinfakkan. Sungguh rugi kiranya apabila harta yang kita miliki kita dapatkan dengan cara-cara yang melanggar syari'at, seperti korupsi, menipu rakyat, memeras, berjudi, merampok dan lain sebagainya. Allah dan Rasul Nya tidak pernah melarang kita untuk memiliki banyak harta yang penting harta yang kita miliki itu kita dapatkan dengan cara-cara yang benar yang diridoi oleh Allah bukan dengan cara-cara seperti tersebut diatas.
Dengan banyak harta seharusnya akan lebih mendekatkan kita kepada Allah akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya kita akan tambah jauh dari Allah karena sibuk dengan urusan harta. Didalam Al-Qur'an Allah Swt berfirman yang artinya " Wahai orang-orang yang beriman, Janganlah harta dan anak-anak kamu melalaikan kamu dari mengingat Allah, dan barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi."

4. Jasmani
    Seluruh anggota badan manusia akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah kelak dihari kiamat. Oleh karena itu jangan sampai anggota badan yang kita miliki yang merupakan amanat dan nikmat dari Allah kita gunakan untuk bermaksiat kepada Allah. Sungguh sangatlah rugi kiranya apabila kita gunakan untuk bermaksiat kepada Allah, karena semua anggota badan yang kita miliki kelak akan menjadi saksi dari yang lainnya, sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur'an yang artinya " Pada hari ini kami tutup mulut mereka, tangan mereka akan berkata kepada kami dan kaki mereka akan memberi kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan "

Demikian ulasan singkat kami, semoga bermanfaat..!!

                                                                             ***

Kamis, 16 Mei 2013

BID'AH BERKEDOK SUNNAH DIBULAN RAJAB

Oleh : Syam Alfikr

Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam, Rabb yang pantas kita ibadahi, kita agungkan asma’ dan sifatnya, kita junjung tinggi kebesaran dan kemuliannya, Dialah Tuhan yang menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan peringatan bagi seluruh mahluk baik dari kalangan jin maupun manusia. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan Alam Nabi Besar Muhammad Saw sebagai utusan Allah dan merupakan manusia sempurna ruhani dan akalnya, tinggi kedudukannya, mulia budi pekerti dan akhlaknya, sehingga ucapan dan tindakan beliau menjadi ushwah dan suri tauladan bagi segenap ummat manusia.

Nama Dan Asal Usul Rajab

Rajab berasal dari lafadz tarjib, yang berarti mengagungkan. Menurut pendapat mayoritas ulama bahwa lafadz Rajab termasuk musytaq (kata bentukan) karena ia merupakan bentukan dari “ Rajaba Fulaana “ yang artinya dia memuliakan dan mengagungkannya karena penghormatan orang arab kepadanya, oleh karena itu Rajab dikatakan al murajab ( yang diagungkan, dimuliakan ). Selanjutnya dalam literatur yang lain disebutkan bahwa kata Rajab berasal dari kata : “ Rajabarrajula rajaban warajabahu yarjubu rajalban rujuuban “ yang maknanya menghormati dan mengagungkan, sehingga bulan rajab ini bermakna bulan yang agung. Istilah - istilah yang diberikan oleh para ulama untuk menyebut bulan rajab ini yaitu : Rajab, Al Asham, Al Ashab, Rajm, Al Haram, Al Muqim, Al Mu’alla, Manshal, Syahru Al ‘Atirah, Rajab Mudhar dan beberapa istilah lainnya.

Kemuliaan dan Keagungan Bulan Rajab

Bulan rajab merupakan salah satu bulan yang mulia  yang telah Allah swt sebutkan sebagai Asyhurul Hurum ( bulan-bulan haram ), maksudnya pada bulan-bulan haram tersebut  manusia dilarang untuk berperang kecuali dalam keadaan membela dan mempertahankan diri, diperangi, atau terdesak.
Pada dasarnya tidak ada satupun dalil yang shahih yang secara khusus menyebutkan tentang keutamaan dan kemuliaan daripada bulan rajab untuk melakukan ibadah-ibadah khusus seperti shalat, puasa, sadaqoh ataupun ibadah-ibadah lainnya sebagaimana yang telah disebutkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam kitabnya yang berjudul Tabyinul ‘Ajab Bima WaradaFi Fadhli Rajab. Jadi tidak ada hadist shahih yang pantas untuk dijadikan sebagai hujjah yang menyebutkan secara khusus tentang  keutamaan dan kemuliaan daripada bulan rajab.

Sebaliknya tentang keutamaan daripada bulan rajab itu sendiri disebabkan karena bulan rajab itu termasuk dalam empat bulan haram yang terhormat yang diagungkan oleh Allah sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat Attaubah ayat 36 yang artinya :
“ Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ada dua belas bulan dalam ketetapan Allah ketika Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram ... “

Keempat bulan haram tersebut adalah : Rajab, Dzulqaidah, Dzulhijjah, dan Muharram. Dan diatara keempat bulan tersebut tiga diantaranya berturut-turut ( Dzulqaidah, Dzulhijjah dan Muharram ) sedangkan rajab terpisah.

Jadi secara spesifik, tidak ada penjelasan secara khusus tentang kemuliaan dan keutamaan bulan rajab, namun secara umum kemuliaan dan keutamaan bulan rajab disebabkan karena bulan rajab termasuk salah satu dari empat bulan haram yang terhormat dihadapan Allah, yang mana pada bulan-bulan haram tersebut amal shalih yang dilakukan secara ikhlas dan mutaba’ah lebih besar pahalanya jika dibandingkan dengan ibadah pada bulan-bulan lainnya ( kecuali Ramadhan ), begitu juga sebaliknya jika kita melakukan kezoliman pada bulan-bulan tersebut dosanya akan lebih besar jika dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Itulah sebenarnya yang dijadikan sebagai dasar oleh orang-orang untuk melakukan ibadah-ibadah tertentu yang belum pernah dilakukan dan tidak pernah dianjurkan oleh Rasulullah dan para sahabat.

PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN IBADAH DALAM MENYAMBUT BULAN RAJAB

Kebiasaan-kebiasaan yang seringkali terjadi dikalangan sebahagian ummat (masyarakat) dalam menyambut bulan rajab diantaranya :

1.    Menyambut Rajab Dengan Beristighfar

     Dikalangan sebahagian ummat islam ada budaya yang berkembang bahwa ketika bulan rajab tiba mereka menyambutnya dengan membaca istighfar sebanyak-banyaknya. Mereka mengambil dalil dari sebuah hadist Rasulullah Saw yang diriwayatkan dari Ali Ra yang artinya “ Perbanyaklah istighfar pada bulan Rajab, karena setiap saat Allah membebaskan dari neraka pada bulan itu “. Menurut para ahli hadist, bahwa hadist ini tidak dapat dijadikan sebagai hujjah untuk melakukan hal tersebut karena dianggap dha’if ( lemah ) yang mana didalamnya terdapat Asbagh bin Tsubatah, dia seorang perawi yang matruk (dibuang riwayatnya).
    Memang membaca istighfar itu sangat baik dan tidak ada salahnya bahkan sangat dianjurkan setiap saat dan waktu, Rasulullah sendiri dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa dalam sehari membaca istighfar 70 X dan bahkan dalam riwayat yang lain mengatakan 100 X. Akan tetapi yang tidak pernah dianjurkan adalah mengkhususkannya ketika bulan rajab dan mengabaikannya pada bulan-bulan lainnya.

2.    Shalat Raghaib.

Shalat raghaib ini merupakan shalat yang dilakukan pada malam jum’at pertama setelah maghrib di bulan Rajab dengan kaifiat-kaifiat yang telah ditentukan. Dikalangan sebahagian ummat banyak yang melakukan Ibadah ini dan mereka berpegang dengan hadist dari Anas Bin Malik, bahwa Rasulullah bersabda yang artinya “ Janganlah kalian melupakan malam jum’at pertama  dari bulan rajab, karena malam itu disebut oleh  malaikat dengan Raghaib, maka tidaklah ada seorang yang berpuasa pada hari kamis pertama dari bulan Rajab, kemudian shalat antara maghrib dengan isya sebanyak duabelas raka’at kecuali Allah akan mengampuni dosa-dosanya “
   Menurut pendapat dari para ulama seperti ; Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ahya Ulumuddin, Imam An-Nawawi, Imam Ibnu Taimiyah dan beberapa imam besar lainnya menganggap bahwa shalat raghaib ini merupakan bid,ah yang diada-adakan. Dan hadist diatas tidak bisa dijadikan sebagai hujjah, karena menurut beberapa ahli hadist dianggap sebagai hadist yang lemah.

    Dalam Syarah Muslim karya An Nawawi disebutkan : Para ulama berhujjah terhadap makruhnya  (tidak disukai) shalat Raghaib dengan hadist Rasulullah yang artinya “ Janganlah kamu menghususkan malam jum’at  untuk shalat, dan hari jum’at untuk puasa “.  Dengan demikian menurut para ulama bahwa shalat Raghaib ini termasuk perbuatan bid’ah.

  Allah dan RasulNya memang tidak pernah melarang kita untuk melakukan shalat ataupun ibadah sebanyak-  banyaknya, sepanjang apa yang kita lakukan itu ada perintah, anjuran serta contoh dari Rasulullah Saw dengan dalil yang sahih baik dari Al Qur’an maupun dari Hadist, bahkan Allah dan RasulNya memerintahkan kita untuk memperbanyak ibadah setiap saat dan waktu, bukan hanya dibulan-bulan tertentu saja seperti di Bulan Rajab ini karena menghususkan bulan-bulan tertentu untuk memperbanyak ibadah dengan mengenyampingkan bulan-bulan yang lainnya tidak dibenarkan dalam islam.

3.    Puasa Pada Hari Jum’at dan Qiyamul Lail Pada Malam Harinya

Memperbanyak Puasa dan Qiyamul Lail merupakan suatu ibadah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah Saw, tapi jika ibadah-ibadah tersebut dikhususkan pada hari dan malam jum’at saja itu tidak dibenarkan, ini didasarkan pada hadist Rasulullah yang artinya : “ Janganlah kamu mengkhususkan malam jum’at untuk shalat dan hari jum’at untuk berpuasa “ jadi intinya tidak ada satupun hadist yang shahih yang pantas kita jadikan sebagai hujjah dalam masalah keutamaan bulan rajab, dengan berpuasa disiang harinya dan shalat malam pada malam harinya dihari dan malam jum’at.


4.    Menghususkan Ibadah Umrah Pada Bulan Rajab

Ibadah umrah merupakan ibadah yang sangat dianjurkan, akan tetapi melakukan ibadah umrah khusus pada bulan rajab dengan mengharap ada keutamaan-keutamaan atau nilai lebih dari bulan-bulan lainnya memang belum ada dalil baik dari Al-Qur’an maupun Hadist-hadist shahih yang dapat kita jadikan sebagai sandaran untuk melakukan itu, dan Rasulullah sendiri tidak pernah mengerjakannya dan tidak pernah menyetujui salah seorang sahabat melakukan secara khusus pada bulan rajab.

5.   Puasa Pada Bulan Rajab

Melakukan ibadah puasa merupakan ibadah yang sangat dianjurkan oleh Allah dan RasulNya lebih-lebih jika puasa yang kita lakukan itu pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Akan tetapi jika puasa yang kita lakukan itu tidak ada contoh baik dari Rasulullah maupun para sahabatnya memang itu merupakan hal yang tidak dibenarkan, lebih-lebih dengan menghususkan bulan rajab sebagai bulan untuk memperbanyak puasa (diluar bulan Ramadhan) seperti yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat awam, karena dengan mengkhususkan bulan rajab untuk memperbanyak puasa dengan mengharap fadhilah-fadhilah tertentu artinya bulan-bulan yang lain diabaikan. Padahal Rasulullah menganjurkan ummatnya untuk memperbanyak puasa pada setiap bulannya sesuai dengan apa yang pernah dicontohkan oleh beliau, seperti puasa pada tanggal 1 syawwal, puasa pada bulan zulhijjah ( tanggal 11, 12 dan 13 ), puasa pada hari arafah ( tanggal 8 dan 9 zulhijjah ), puasa pada tanggal 13,14 dan 15 setiap bulan (hari-hari putih ), puasa dibulan sya’ban dan beberapa puasa sunnah lainnya yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw.

K e s i m p u l a n

    Diantara  duabelas bulan yang diciptakan oleh Allah ada empat bulan yang dinamakan dengan bulan-bulan haram ( asyhurun hurum ) yaitu tiga bulan berurutan ( zulqaidah, zulhijjah dan muharram ) dan satu bulan terpisah yaitu Rajab yang diapit oleh bulan JumadaTsaniah dan bulan Sya’ban. Pada bulan-bulan haram tersebut diharamkan untuk memulai melancarkan peperangan kecuali diserang atau untuk mempertahankan diri. Para ulama berselisih pendapat diantara empat bulan tersebut mana yang lebih utama. Sebahagian syafi’iyah berpendapat bahwa yang lebih utama adalah  Rajab, akan tetapi pendapat ini dilemahkan oleh Imam Nawawi dan yang lainnya. Sebahagian lagi ulama berpendapat bahwa yang lebih utama adalah bulan Muharram ( menurut pendapat Al Hasan yang dikuatkan oleh Imam Nawawi ), dan sebahagian ulama lagi mengatakan Bulan Zulhijjah, inilah pendapat yang lebih kuat sebagaimana dinukil dalam kitab Al-Latha’if karaya Ibnu Rajab Al Hambali karena dalam bulan Zulhijjah terdapat dua keistimewaan yaitu Zulhijjah termasuk bulan hajji yang padanya terdapat hari idul adha, dan yang kedua karena Zulhijjah termasuk juga dalam bulan haram.

Jadi keistimewaan dan keagungan daripada bulan rajab tersebut tidak ada disebutkan secara khusus akan tetapi semata-mata disebabkan karena bulan rajab itu termasuk dalam kelompok bulan-bulan haram yang empat. Oleh sebab itu sebagai ummat islam sudah semestinya bersikap kritis dan selalu berusaha agar amal-amal perbuatan kita disamping kita kerjakan dengan ikhlas juga harus selalu dilandasi dengan tuntunan dari Rasulullah Saw.

Demikian kajian kami semoga bermanfaat, Amiin...!!!


                                                                             ***