Sabtu, 01 Juni 2013

Fungsi-Fungsi Shalat

Oleh  : Syam Alfikr

Ddalam Al-Qur'an Surat An-Nisa ayat 103 Allah Swt berfirman yang artinya : " Shalat merupakan suatu kewajiban bagi orang-orang beriman yang sudah ditentukan waktunya ".  Sebagai kewajiban yang bersifat sentral, maka shalat tidak cukup dikerjakan sekaligus, akan tetapi dikerjakan secara bersistem sepanjang hidup manusia. Oleh karena itu perintah shalat bukan untuk mengerjakan, tetapi mendirikan ( iqaam al-shalaat ), yaitu mengerjakan dengan mengikuti sistemnya atau dengan kata lain dikerjakan menurut kaidah-kaidah tata cara yang telah ditentukan dalam syari'at islam. Karena apabila tidak demkian, maka shalat itu tidak akan pernah memiliki fungsi sebagaimana maksud atau tujuan diperintahkannya shalat oleh Allah Swt. Jika shalat dikerjakan tanpa mengikuti sistemnya, maka yang tertinggal hanyalah bentuk ritual shalat yang tidak relevan dengan fungsinya. Adapun fungsi-fungsi shalat tersebut adalah :

1). Shalat Sebagai Media Komunikasi Seorang Hamba Dengan Sang Khaliq
     Komunikasi antara seorang hamba dengan sang Khaliq, dapat berupa permintaan ( do'a ), pengaduan, konsultasi, permohonan dan bahkan bisa juga sebagai pelepas kerinduan. Shalat Istikharah misalnya, dimana shalat ini merupakan suatu bentuk permintaan seorang hamba kepada sang khaliq agar diberikan kemampuan atau petunjuk tentang suatu pilihan yang sulit untuk diputuskan oleh seorang hamba. Sikap percaya seorang hamba kepada Allah Swt yang maha mengetahui tentang baik dan buruknya suatu perkara, yang maha kuasa untuk memberi petunjuk terhadap suatu pilihan, membuat seorang hamba untuk bergantung pada petunjuk yang diberikan oleh Allah Swt. Ini tergambar pada teks do'a Shalat Istikharah sebagaimana yang diajarkan Rasulullah Saw. ( baca do'a Shalat Istilharah ).

Tentang jawaban dari do'a istikharah ini dapat diketahui melalui isyarat-isyarat, yaitu : nawmiyah ( isyarat mimpi ), melalui nasihat atau saran dari para tokoh atau orang banyak yang bisa masuk akal dan menyejukkan, melalui isyarat ketajaman nurani atau mata bathin kita dimana hati kita menjadi sangat yakin atas pilihan kita walaupun banyak orang yang menentangnya.

Jika seorang hamba mempunyai permintaan khusus kepada Allah, maka kita dianjurkan untuk melaksakan shalat hajat, selanjutnya jika seorang hamba ingin bermesraan dan melepas kerinduan, atau ingin taqarrub  kepada Allah, maka dapat kita lakukan shalat tahajjud karena didalamnya ada nafilah-nafilah ( nilai plus ) dari Allah terhadap yang tetap menegakkannya, sebagaimana Allah menjelaskan dalam firmannya pada Surat Al-Isra yang artinya : " Dan pada sebahagian malam bertahajjudlah kalian sebagai tambahan, semoga Allah mengangkat derajatmu ketempat yang terpuji "

2). Shalat Sebagai Zikir
   Didalam Al-Qur'an surat Thaaha secara tagas Allah Swt sebutkan bahwa tujuan shalat adalah agar manusia selalu ingat kepada Allah Swt. Dengan demikian maka shalat secara fungsional memang dimaksudkan agar manusia selalu ingat kepada Allah Swt ( wa aqim-i 'l-shalaata li zikri ) dirikan shalat untuk mengingat Ku. Mengapa shalat diwajibkan lima kali sehari ? ini nampaknya sangat relevan dengan tabi,at manusia yang suka lupa, mudah tergoda, mudah terpengaruh oleh bisikan-bisikan yang silih berganti. Itulah sebabnya waktu-waktu antara shalat yang satu dengan shalat yang lainnya sudah ditentukan, dan ketika jarak antara waktu shalat yang satu dengan yang lainnya cukup lama, maka ada shalat-shalat tertentu yang memiliki fadhilah-fadhilah yang luar biasa dan sangat dianjurkan oleh Rasulullah Saw seperti antara waktu Isya dan subuh ada shalat tahajjud, antara waktu subuh dan zhuhur ada shalat d, ini terkait dengan hati manusia yang selalu berubah-ubah.

     Selanjutnya tentang bacaan shalat yang diajarkan oleh Rasulullah Saw pada umumnya merupakan zikir kepada Allah Swt baik dalam bentuk pujian maupun do'a. Kalimat zikir mengandung arti mengingat dan menyebut. Bagi orang-orang awam, sekurang-kurangnya dalam lima waktu setiap harinya menyebut nama Allah, bagi orang alim dan arif, shalat lima waktu berfungsi sebagai rangkaian waktu untuk memelihara keakraban hubungannya dengan Allah, dan selanjutnya bagi orang-orang yang termasuk katagori arifin ( arif billah ) yang pusat perhatian dan hidupnya adalah shalat dan senantiasa menunggu tibanya waktu shalat berikutnya, sehingga tak sedikitpun ada waktu yang terlewatkan untuk mengingat Allah Swt.

3). Shalat Sebagai Pembentuk Tingkah Laku
   Dari segi jadwal, jika seorang mukmin disiplin dalam mengerjakan kewajiban shalat, apalagi jika ditampah dengan memperbanyak shalat-shalat sunnat yang mengiringinya ( shalat rawatib ), maka padanya akan terpola aktifitas hidup kita selama sehari semalam ( 24 jam ), dari sejak kita bangun tidur hingga kita kembali ketempat tidur, bagaimana menyangkut kebersihan diri kita baik dari na'jis ataupun kotoran-kotoran lainnya, bagaimana menutup aurat, bagaimana tutur kata kita, bagaimana kita harus berprilaku secara sopan dan rendah hati  sebenarnya sudah terpola dalam setiap gerakan shalat yang telah diajarkan kepada kita, bagaimana kita berdiri, rukuk, sujud duduk dan lain sebagainya. 

     Selanjutnya didalam shalat berjama'ah juga telah terpola etika berjama'ah yang menjadi acuan dalam kehidupan bermasyarakat, seperti bagaimana memilih seorang imam ( pemimpin ), bagaimana keharusan sebagai makmum untuk mematuhi pemimpin yang disepakati, bagaimana hak makmum jika imam ( pemimpin ) melakukan kekeliruan semuanya sudah diatur.

    Jadi secara konseptual, didalam shalat tersebut seharusnya sudah tercermin kehidupan seorang mukmin, sehingga didalam Al-Qur'an secara tegas Allah berfirman yang artinya : " Dirikanlah shalat karena sesungguhnya shalat itu dapat mencegah pelakunya dari pada perbuatan keji dan mungkar ". Akan tetapi dalam praktiknya tidak semua orang yang melaksanakan shalat terbebas dari perbuatan keji dan mungkar, banyak orang yang shalatnya rajin dan tidak pernah lupa kemesjid untuk shalat berjam'ah, namun prilakunya suka memfitnah, suka maksiat, ghibah, namimah, mencuri, berjudi dan lain sebagainya. Hal ini sudah tentu terkait dengan kualitas shalatnya, karena shalat yang dikerjakan dengan sekedar untuk menggugurkan kewajiban tentu tidak akan pernah dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan, bagaimana dengan kita ... ???

       Demikian kajian singkat kami, semoga bermanfaat, amiin..... !!!

                                                                                              Sumber rujukan : Pendakian Menuju Allah
                                                                                              Oleh : Dr Achmad Mubarok, MA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar