Jumat, 24 Mei 2013

SIAPA YANG MENANAM DIALAH YANG MENUAI

Oleh : Syam Alfikr

Dalam sebuah hadist  Rasulullah Saw bersabda yang artinya : " Jika datang hari kiamat dan ditangan tiap-tiap kamu ada sebuah batang pohon dimana ia mampu untuk menanamnya sebelum datang hari kiamat itu, maka hendaklah ia menanamnya. Dengan itu ia berhak mendapat pahala. "

Jadi menjalani kehidupan didunia ini ibarat sebuah catatan harian yang selalu ditulis oleh setiap manusia yang secara sadar ataupun tidak sadar pada hakikatnya kita melakukan kegiatan dokumentasi terhadap seluruh aktifitas kita dengan sangat rinci dan detail hingga hal-hal yang terkecil, karena semua itu akan kita terima hasilnya atau balasannya diakhirat kelak. Catatan harian itu akan terus berlangsung dan akan berakhir proses penulisannya seiring dengan berhentinya detak jantung kita atau terpisahnya nyawa dari tubuh kita yang disebut dengan kematian.

Keotentikan agenda itu akan selalu dan tetap terjaga keasliannya, kita tidak akan mungkin dapat melakukan koreksi terhadapnya apalagi untuk mengeditnya. Dan ketika tiba waktunya nanti, Allah akan tampakkan semua catatan itu secara rinci dan detail yang kita semua akan membaca kembali catatan harian itu yaitu pada hari yang disebut dengan yaumul hisab ( hari perhitungan ).

Pada hari itu seluruh sendi, urat dan seluruh anggota badan kita akan menjadi saksi terhadap isi dari catatan harian kehidupan tersebut. Tidak ada yang bisa kita bantah, tidak ada yang bisa kita tolak ataupun kita pungkiri karena setiap anggota tubuh akan menjadi saksi dari anggota yang lainnya. Ada senyuman disertai dengan desah nafas dan pujian kepada Allah tatkala hari-hari yang kita lalui tatkala kita hidup didunia kita isi dengan nilai-nilai kebaikan, adapula raut-raut penyesalan, kesedihan bercampur rasa takut dan gelisah tatkala masa-masa hidupnya dilalui dengan kemaksiatan-kemaksiatan kepada Allah.

Jika kita renungi secara lebih intensif tentang pesan-pesan Allah dan Rasul-Nya yang disampaikan melalui firman-firman Nya ataupun melalui hadist-hadist Rasul, secara umum memberikan motivasi kepada manusia untuk senantiasa beramal shaleh serta menanam niai-nilai kebaikan, karena beramal shaleh dan berbuat kebaikan tidak mengenal masa dan tidak pula mempunyai waktu khusus untuk melakukannya, bahkan setiap detik kita dituntut untuk selalu menghiasi langkah dan nafas kita dengan kebaikan dan kemaslahatan.

Jika kita kaji secara mendalam tentang makna yang terkandung dalam sabda Rasulullah Saw diatas, kita akan mendapatkan sebuah pelajaran bahwa kita diperintahkan untuk senantiasa beramal dalam kodisi atau situasi apapun selama kita masih mampu untuk melakukannya, sehingga digambarkan dalam hadist tersebut walaupun hari kiamatsudah diambang pintu atau sudah tinggal satu menit atau satu detik sekalipun, jika kita rasa masih mampu untuk menebarkan benih kebaikan maka hendaknya kita lakukan karena Allah akan membalasnya sesuai dengan tingkat keikhlasan kita. 

Selanjutnya dalam hadist diatas tersimpan makna yang sangat dalam, dimana meskipun sederhana namun mengungkapkan sebuah hakikat yang teramat agung yaitu tentang bagaimana methode hidup dalam islam (minhajul hayah al-Islamiyah) yang telah digariskan oleh Allah Swt. untuk hamba-hamba-Nya yang beriman demi kebahagiaan mereka didunia dan akhirat.

Dari hadist diatas jika kita teliti secara seksama, maka kita akan dapat mengambil beberapa pelajaran berharga darinya, diantaranya :
1). Pelajaran pertama yang dapat kita petik dari sabda Rasulullah Saw. tersebut adalah tentang keistimewaan islam didalam mensikapi kehidupan dunia dan akhirat, yang mana kehidupan dunia adalah jalan untuk menuju akhirat yang tidak boleh dipisahkan antara keduanya, dalam arti keduanya tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Oleh karena itu jika dipisahkan antara keduanya, maka sadar ataupun tidak sadar tentu akan menimbukan ketimpangan-ketimpangan. Salah satu contoh yang sering kita lihat bahwa betapa banyak dari ummat islam yang ibadahnya rajin, shalatnya khusyuk namun begitu mereka keluar dari tempat shalat prilakunya tidak ubahnya sperti orang yang tidak berakhlak dan tidak bermoral, mereka mencuri, merampas hak rakyat, korupsi, mengadu domba, memfitnah, ingkar janji dan melakukan beberapa perbuatan negatif lainnya. Jadi ibadah-ibadah yang mereka lakukan itu difahaminya secara parsial saja dalam arti bahwa ibadah itu difahami sebagai interaksi dengan Allah saja, sedang dunia adalah urusan manusia, yang mereka berhak menentukan dan mengaturnya sesuai dengan keinginan mereka.

Pada prinsipnya agama kita tidak melarang ummatnya untuk berkarya dalam upaya meningkatkan taraf hidupnya, bahkan islam memberikan motifasi untuk mencapainya semaksimal mungkin karena itu merupakan salah satu jalan untuk menuju akhirat. Ini ditegaskan oleh Allah dalam firmannya pada surat Al-Qashash Ayat 77,  yang artinya " Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu ( kebahagiaan) akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu didunia "

Islam menghendaki bahwa seluruh kehidupan manusia selalu berhubungan dengan Allah Swt. ibadah shalat, zakat, puasa, makan, menuntut ilmu, bekerja dan semua macam aktifitas yang dilakukan setiap waktu didunia adalah semata karena Allah. Dan ketika hal ini teraplikasi, maka tidak ada lagi hal-hal yang keluar dari orbit yang telah digariskan oleh syari'at, baik dalam interaksinya dengan Allah, dengan sesama manusia bahkan dengan alam.
2). Pelajaran kedua yang dapat kita ambil dari sabda rasulullah saw tersebut diatas adalah bahwa Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk senantiasa oftimis dalam menghadapi tantangan kehidupan didunia ini, karena hidup ini adalah perjuangan dan kerja keras. Dan didalam berjuang kita jangan cepat putus asa ( pesimis ), jangan mudah menyerah meskipun dalam kondisi atau situasi bagaimanapun, karena hasil bukanlah tujuan akhir dari amal yang kita lakukan, akan tetapi nilai dari sebuah usahalah yang perlu kita perhitungkan.

3). Pelajaran berikutnya yang dapat kita petik dari sabda Rasulullah diatas adalah bahwa kita senantiasa diharapkan untuk bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan kita, sehingga dalam hadist tersebut dikatakan bahwa seandainya kiamat sudah hampir datang dan ada sebatang pohon ditangan maka kita dianjurkan untuk menanam batang pohon itu selagi kita masih mampu untuk menanamnya. Jadi maksud dari pernyataan tersebut adalah kita diharapkan untuk tidak berhenti  beramal walau dalam kondisi bagaimanapun, kita diharapkan untuk senantiasa menebar benih-benih kebaikan selagi kita masih mampu untuk melakukannya, karena kita tidak tahu kapan Allah akan mengambil nyawa  dari tubuh kita.

Jadi yang diinginkan dalam islam adalah kita diharapkan untuk senantiasa menjaga dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, tidak menyia-nyiakan waktu senggang untuk santai atau melakukan aktifitas-aktifitas yang tidak bermanfaat, agar kita tidak tergolong sebagai orang-orang yang husyrin ( orang-orang merugi ) didunia lebih-lebih diakhirat. Bukankah tujuan Allah menciptakan kita tiada lain untuk beribadah kepada Nya ?

Oleh karena itu mari kita manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, dunia adalah ladang untuk akhirat, tempat kita menanam dan menebar kebaikan, kejujuran, kasih sayang, keikhlasan dan segala bibit kebajikan lainnya yang meskipun hasil dari semua itu tidak nampak saat ini, namun suatu saat kelak kita akan menuai hasil dari jerih payah kita, dan Allah tidak akan menyia-nyiakan amal hamba-hambanya yang berbuat baik dan dilakukan dengan penuh keikhlasan dan hanya mengharap ridhonya.

Demikian kajian kami, semoga bermanfaat. Amiin.... !!!

                                                                               ***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar