Sabtu, 05 Oktober 2013

BENARKAH KITA SUDAH MENANG...???

Oleh  : Syam Al-Fikr
    Ketika hilal mulai membentuk potongan lengkung sebuah sabit, pertanda 1 syawal mulai masuk, ramadhanpun sudah beranjak meninggalkan kita, kumandang takbir, tahmid serta tahlil mulai menyapa gendang telinga, saling bersahutan, membahana merasuk diantara celah dinding-dinding qalbu yang tengah berbalut rasa menyambut tibanya Idul Fithri. Ada perasaan sedih, karena bulan penuh rachmat, barokah dan maghfirah sudah tak lagi bersama kita, adapula perasaan cemas kalau-kalau amal ibadah yang kita lakoni selama ramadhaan tidak diridhoi dan tidak diterima oleh Allah Swt sebagaimana dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda : 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الظَّمَأُ وَكَمْ مِنْ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَرُ. (رواه الدارمي) 
 
Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah s.a.w. bersabda: "Berapa banyak orang yang berpuasa,  sedang ia tidak mendapat apa-apa dari puasanya itu melainkan hanya lapar dan haus  dan berapa banyak pula orang yang mengerjakan sembahyang (sunat pada malam hari), sedang ia tidak mendapat apa-apa dari sembahyangnya itu melainkan hanya menahan kantuk dan berjaga malam"(Hadist Riwayat Darimi)".
     Lalu disisi lain adapula rasa haru, bangga bercampur bahagia menyambut tibanya Idul Fithri yang oleh sebahagian besar masyarakat disebut sebagai " HARI KEMENANGAN " setelah sebulan penuh berjuang melawan hawa nafsu dan merasa telah memenangkan jihad tersebut. Terkadang agak sulit untuk kita fahami apakah kebahagiaan yang kita rasakan saat itu disebabkan karena kita betul-betul merasa telah memenangkan pertempuran tersebut, ataukah kebahagiaan yang kita rasakan tersebut disebabkan karena kita merasa telah terbebas dari kekangan rasa haus, lapar dan kekangan syahwat disiang hari, dan yang paling lucu adalah banyak diantara kita yang hanya sekedar ikut-ikutan bahagia ( merayakan kebahagiaan orang lain ) padahal ketika ramadhan kita jarang melaksanakan perintah Allah dan Rasul Nya bahkan justru sebaliknya kita lebih banyak berma'siat kepada Nya, lantas pantaskah kita merayakan kemenangan itu...?, pantaskah kita disebut sebagai pemenang ...??, dan yang lebih membanggakan lagi ada yang mengatakan bahwa kita ini ibarat seorang pahlawan ( prajurit ) yang baru kembali dari medan pertempuran dan mendapatkan kemenangan yang gemilang dan adapula yang mengatakan bahwa kita ini ibarat seorang yang baru lulus dari ujian dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Karena itu tidaklah heran ketika ponsel mulai kita aktifkan berpuluh-puluh pesan singkat masuk memenuhi layar monitor, dan inti dari pesan-pesan tersebut adalah ucapan  :" Selamat Idul Fithri, Minal 'Aidin Wal Fa'izin ".  Walaupun belum ditemukan dasar yang kuat untuk penggunaan ungkapan ini baik dari hadist rasul maupun dari perkataan para saahabat, namun ungkapan ini cukup populer dikalangan masyarakat islam karena didalamnya terkandung do'a dan harapan yaitu semoga kita kembali kepada fithrah, semoga kita termasuk orang-orang yang menang, ungkapan ini memang cukup relevan dengan situasi yang dirasakan oleh ummat islam saat itu, dan waktunyapun sangat tepat. Yang menjadi pertanyaan " apakah kita betul-betul telah menang melawan hawa nafsu...? lantas kalau kita sudah merasa menang bagaimana mempertahankan kemenangan itu pada sebelas bulan berikutnya ...?, bagaimana ciri-ciri daripada orang yang menang itu...??.
Untuk memahami tentang makna, ciri-ciri, serta hakikat dari kemenangan tersebut mungkin ada baiknya kita coba mengulas kembali tentang tujuan Allah mewajibkan puasa kepada orang-orang beriman...( Baca kajian selanjutnya... )


______________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar